Senin, 15 Agustus 2011

Dirgahayu Republik Indonesia ke 66 tahun 2011








Ramadhan, Bulan Kemenangan
(Refleksi HUT RI ke 66 Masehi/ke 68 Hijriah)
Oleh: M. Arqom Pamulutan, M.A. (Hakim Mahkamah Syar’iyah Jantho)

Berbicara mengenai bulan Ramadhan kita selalu akan dihadapkan kepada hal-hal yang serba positif. Karena bulan Ramadhan diyakini oleh kita selaku penganut Islam sebagai bulan yang penuh dengan berkah dari Ilahi dimana didalamnya terhimpun semua ajaran yang mengandung nilai kebaikan, mulai dari ajaran sabar dan ketaatan pribadi  sampai kepada ajaran toleransi dan kepedulian sosial melalui ritual puasa, shalat, sedekah dan amal kebajikan lainnya.

Di bulan Ramadhan Allah pertama kali menurunkan al-Qur'an sebagai petunjuk menuju kebenaran dan pengetahuan, sekaligus pemperjelas antara kebaikan dan kejahatan, antara cahaya ilmu pengetahuan dan kelamnya kebodohan. Dalam hal ini, momentum hadirnya Ramadhan haruslah disyukuri dan diisi berbagai aktifitas yang produktif  penuh semangat juang yang tinggi serta meninggalkan segala bentuk kemalasan. Hal ini ini karena produktifitas dan aktifitas yang dilakukan umat Islam di bulan Ramadhan tercatat dengan indah sepanjang sejarah perjuangan umat Islam dari masa ke masa.

Dr. Wahbah Zuhayli dalam al-Fiqh al-Islamy wa adillatuhu vol. 2 (1985: 575-577) mencatat paling tidak ada 9 prestasi penting yang digoreskan umat Islam yang terjadi di bulan Ramadhan, yaitu: (1) kemenangan umat Islam pada perang badar, terjadi pada hari Jum'at 17 Ramadhan tahun ke-2 H., (2) penaklukan kota Mekkah (fathu Makkah), terjadi pada hari ke- 10 bulan Ramadhan tahun ke-8 H., (3) Penghancuran rumah tempat penyembahan patung al-'Uzza, terjadi pada lima hari terakhir bulan Ramadhan tahun ke-8 H., (4) Peristiwa perang Tabuk, terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke- 9 H., (5) Kedatangan Utusan Bani Tsaqif dari Tha'if (yang dahulunya menolak dakwah Rasulullah SAW) untuk masuk Islam dan hancurnya patung al-Laata yang mereka sembah yang terjadi pada Ramadhan tahun ke- 9 H. (6) Penyebaran Islam ke wilayah Yaman, terjadi pada Ramadhan tahun ke- 10 H., (7) Penaklukan Andalusia (Spanyol) dipimpin oleh Panglima Thariq Bin Ziyad dengan mengalahkan Jenderal Rodderick pada  perang yang masyhur dengan sebutan “perang pinggir laut” terjadi pada tanggal 26 Ramadhan tahun ke-92 H atau taggal 19 Juli tahun 811 M., (8) Peristiwa "Yaum al-'Arubah wa al-Islam" berupa kemenangan secara gemilang yang diraih tentara Islam di Andalusia dipimpin Panglima Yusuf  yang mengalahkan musuh dengan jumlah melebihi 80.000 tentara terjadi pada pagi hari Jum'at tanggal 25 Ramadhan tahun ke-479 H., dan (9) Peristiwa perang ‘Ain Jalut di bawah pimpinan Sultan Quthuz dari Dinasti Mamalik dengan meneriakkan komando “wa Islaamaah” di tengah-tengah pasukannya berhasil mengusir tentara Mongol hingga lari tunggang langgang, peristiwa ini terjadi pada pagi hari Jum’at tanggal 15 Ramadhan tahun 658 H. bertepatan dengan tanggal 3 September tahun 1260 M.

Lalu, dalam konteks ke-Indonesiaan, para ahli sejarah dan para ahli penanggalan Masehi dan Hijriah memperhitungkan  bahwa bagi umat Islam atau bahkan bagi seluruh rakyat Indonesia bulan Ramadhan juga merupakan bulan yang penuh kenangan dan paling berpengaruh sepanjang sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab pada bulan Ramadhan ini, tepatnya 68 tahun yang lalu dalam hitungan Hijriah atau pada tanggal 17 Ramadhan tahun 1364 Hijriah berbarengan dengan tepat pada 66 tahun yang lalu untuk hitungan Masehi atau pada tanggal 17 Agustu 1945, Allah berkenan memberikan kemerdekaan bagi Indonesia dari kungkungan penjajahan Belanda yang telah bercokol di Indonesia selama + 3 abad lebih. Kemerdekaan yang ditandai dengan pengibaran bendera Merah Putih dan pembacaan Proklamasi oleh Dwitunggal Sukarno-Hatta itu terjadi di bulan Ramadhan pada saat semua umat Islam tengah berpuasa. Tetapi lapar dan hausnya puasa tidak menyurutkan semangat umat Islam untuk merebut hak politiknya guna meraih kemerdekaan dan kedaulatan atas tanah air mereka.   

Rentetan peristiwa bersejarah itu menandakan bahwa Allah berkenan menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan yang di dalamnya Allah tampakkan kekuasaan dan kebesarannya serta Allah tampakkan pula bahwa pada bulan itu umat Islam tetap menjadi manusia-manusia yang aktif, dinamis dan produktif, tidak hanya di bidang ritual keagamaan yang menghubungkan manusia muslim dengan Allah semata namun juga menyangkut ibadah sosial politik yang menyangkut hubungan antara sesama manusia dan upaya mengangkat harkat dan martabat umat Islam selaku manusi. Sehingga adalah sebuah pemahaman yang keliru jika umat Islam menjadikan bulan Ramadahan sebagai bulan untuk beristirahat atau berhenti dari aktifitas yang dinamis dan produktif, atau bahkan malah dijadikan sebagai bulan untuk bermalas-malasan. Kendati memang benar bahwa pada bulan Ramadhan umat Islam dituntut untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan amal ibadah yang lebih banyak dan lebih tekun dari bulan-bulan lainnya, namun tidak berarti dengan alasan itu produktifitas dan aktifitas membangun harus terhenti dan ditiadakan sama sekali.

Dari peristiwa ini semua menandakan bahwa Allah mengajarkan kepada kita bahwa ibadah puasa mengadung nilai-nilai perjuangan yang penuh dengan semangat yang tinggi dan kekuatan untuk meraih kemanangan. Puasa tidak mendidik  orang untuk menjelma menjadi sosok yang lemah dan pemalas sehingga menjadikan ia sebagai seorang pecundang yang kalah sebelum berperang atau melarikan diri tunggang langgang ketika mamasuki medan perang. Seorang muslim yang berpuasa harus berbuat dengan seoptimal dan semaksimal mungkin dalam meraih keberhasilan bagi kehidupannya, tidak  hanya untuk akhiratnya yang menjadi dambaannya semata melainkan juga untuk  kehidupan dunia yang menjadi kenyataan yang dihadapinya. Tidak selayaknya pada bulan puasa umat Islam hanya berfokus kepada aktifitas untuk kepentingan agamanya saja, melainkan ia harus juga tetap selalu fokus kepada aktifitas untuk kepentingan dan kewajiban memenuhi kebutuhan hidupnya secara keduniawian. Tidak pula dapat dikatakan bijaksana jika seorang muslim beranggapan bahwa dengan berpuasa ia meliburkan dan mengabaikan aktifitas sosial politiknya karena garis perjuangan umat Islam adalah “jihad”. Jihad yang berarti berjuang sekuat tenaga meraih kemenangan untuk  kejayaan umat Islam baik dalam kehidupan dunia maupun di akhirat. Dan kejayaan itu tidak didapat hanya dengan bermalas-malasan, apalagi tanpa melakukan perbuatan sama sekali. Bukankah untuk perjuangan orang yang berpuasa Allah menjanjikan dua kebahagian yaitu pertama, kebahagiaan di dunia tatkala ia berbuka dan kedua,  kebahagiaan di akhirat tatkala ia berjumpa dengan Rabbnya (Allah).  

Kiranya tak berlebihan jika dikaitkan dengan momentum HUT RI ke 66 tanggal 17 Agustus 2011 Masehi atau HUT RI ke 68 tanggal 17 Ramadhan 1432 Hijriah, penulis mengajak kita memberikan sebuah nama besar bagi Ramadhan sebagai bulan kemenangan atau Syahr al-Falah atau bahkan bulan kemerdekaan atau Syarh al-Istiqlal seraya menghimbau kepada kita marilah kita isi bulan kemenangan atau bulan kemerdekaan ini dengan dengan berbagai aktifitas  dan produktifitas yang tinggi guna meraih dua buah kemenangan: kemenangan dunia dan kemenangan akhirat. Dirgahayu Negeriku.

Minggu, 14 Agustus 2011

SELAMAT JALAN MANG ILHAM

Setiap ada perjumpaan selalu ada perpisahan, demikianlah sudah menjadi kelaziman dalam kehidupan umat manusia ciptaan Tuhan. Hal ini terjadi pula pada diri salah seorang sesepuh Ikatan Keluarga Andalas Selatan di Aceh yakni Bapak Kombes Pol. Drs. Ilham Salahuddin, S.H., M.Hum atau yang kerap disapa Mang Ilham. Mang Ilham yang ditugaskan di Aceh sebagai Kepala Biro Operasi Polda Aceh ini telah dipromosikan menduduki  posisi yang lebih strategis di jajaran Markas Besar (Mabes Polri) yang itu berarti beliau tidak bisa lagi terus berada di tanah rencong dan berkumpul bersama setiap bulan dalam kegiatan-kegiatan yang digelar IKAS.

Sehubungan dengan kepindahan tersebut, bertepatan dengan momentum buka puasa bersama di Kediaman Kapolda Aceh yang diadakan oleh Kapolda Aceh (Pangeran IKAS) pada hari Jum'at tanggal 12 Agustus 2011, Keluarga Besar IKAS mengadakan acara perpisahan secara sederhana untuk Mang Ilham selepas shalat Taraweh bersama. Dalam acara yang diawali pembagian cerutu khas Iskandar Hasan dengan menu utama "kopi duren" itu Pasirah IKAS Ir. Taufik Rahman menyampaikan kenang-kenangan kepada Mang Ilham berupa pigura bergambar logo IKAS diapit oleh rencong senjata khas masyarakat dan pejuang Aceh.

Dalam sambutan singkatnya, Pasirah mewakili warga IKAS menyampaikan ucapan terima kasih kepada Mang Ilham atas jasa-jasa beliau dalam memperjuangkan dan membesarkan IKAS. Di samping itu Pasirah juga mengucapkan selamat jalan dan selamat bertugas seraya mengiringi keberangkatan Mang Ilham dengan untaian do'a kiranya diberikan kemudahan dan kesuksesan oleh Allah dalam menjalani tugas beliau yang baru.

Pada kesempatan yang sama, dengan penuh keharuan Mang Ilham mengucapkan selamat jalan kepada seluruh warga IKAS dengan berpesan bahwa adanya organisasi IKAS bukan dimaksudkan untuk memunculkan nepotisme kedaerahan, melainkan IKAS bertujuan untuk menghimpun potensi masyarakat Sumbagsel yang ada di Aceh dalam rangka pengabdian kepada bangsa dan negara serta ikut berpartisipasi mensukseskan pembangunan di Aceh. Selanjutnya selain mengucapkan terima kasih, selaku salah seorang Penghulu IKAS  Mang Ilham juga berpesan kepada warga IKAS agar tetap menjaga kekompakan dan kebersamaan dalam wadah IKAS dan turut mendo'akan beliau agar di tempat yang baru mendapatkan kemudahan dan kesuksesan dalam berkarir.

Selamat jalan Mang Ilham, selagi kita yakin bahwa bumi ini sempit maka pasti kita akan berjumpa dan bersama lagi.

Berita dalam Foto::

Penyerahan Cinderamata oleh Pesirah 

 Dekapan Hangat Dua Saudara yang akan berpisah

Mang Ilham menyampaikan sambutan perpisahan 

       Tampak Nasir Djamil (Anggkota DPR RI) duduk di tengah, Wakil Pasirah (paling kiri) 
dan Pangeran IKAS (paling kanan) tekun memperhatikan sambutan Mang Ilham

Selasa, 09 Agustus 2011

Undangan Buka Puasa Bersama

Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Diharapkan kehadiran Pengurus dan Warga IKAS pada acara Buka Puasa Bersama dan Perpisahan dengan salah seorang Penghulu IKAS (Kombes Pol. H. Ilham Salahuddin, S.H.,M.H.), pada:

Hari                  : Jum'at
Tanggal             : 12 Agustus 2011
Waktu              : Pukul 18.00 s.d. selesai
Tempat             : Rumah Dinas Kapolda Aceh

Demikian atas kehadirannya diucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
--disebarkan oleh Bidang HUMAS IKAS--

Kamis, 04 Agustus 2011

Lagu gending sriwijaya

Ini dio lagu Gending Sriwijaya:


UNTUKMU KAUM IBU

Bersama Pangeran dan Nyonya 
usai pengukuhan Pengeran hari Minggu 5 Juni 2011


---([Perempuan di pangkuan Islam])---
(Renungan menyambut hari Ibu 22 Desember 2010)
-- Oleh M. Arqom Pamulutan (Sekretaris II IKAS) –
--Artikel ini telah dimuat di Serambi Indonesia terbitan Banda Aceh—

Pandangan sebelah mata (misogyny) dan anggapan buruk (stereotype) yang diarahkan kepada perempuan dalam “masa lalu” Barat  merupakan penyebab munculnya gerakan feminisme di Barat sebagai emberio dari apa yang disebut di Indonesia dengan  “issu gender.” Betapa tidak, karena bagi tokoh seperti Plato dan Aristoteles (Pra kristus) yang diamini oleh St. Celement, St. Agustinus dan St. Thomas Aquinas (abad pertengahan), hingga Jhon Locke, Rousseau dan Nietzche (awal abad modern), perempuan tak pernah dianggap setara dengan laki-laki. Bagi mereka wanita seperti budak dan anak-anak yang lemah akal dan pisiknya. Bahkan, para paderi Gereja menuding perempuan sebagai pembawa sial dan biang keladi jatuhnya Adam dari surga.
Lebih kejam lagi, St. Albertinus beranggapan, perempuan adalah laki-laki yang cacat sejak awalnya, serba kurang, tidak pernah yakin pada diri sendiri, cenderung melakukan berbagai cara demi keinginannya, pendusta, penuh tipu muslihat, tidak cerdas, licik seperti ular berbisa dan setan bertanduk. Bermula dari anggapan ini, akhirnya perempuan perempuan dibatasi perannya dan tidak diiperkenankan ikut campur urusan laki-laki.
Pada tahun 1792, Mary Wollstonecraft (wafat tahun 1797) dengan tulisannya a vindication of the rights of women mulai mengecam berbagai bentuk diskriminasi perempuan dan menuntut persamaan hak dalam pendidikan dan politik. Perempuan harus diizinkan bersekolah dan mengikuti pemilu serta tidak bolah lagi bagai burung dalam sangkar, mereka harus dibebeaskan dari penjara “rumah tangga” dan penjara-penjara lainnya. Karena baginya, kelemahan perempuan lebih disebabkan oleh faktor lingkungan, bukanlah faktor “dari sononya,” karena laki-laki pun kalau tidak berpendidikan dan diperlakukan seperti perempuan, akan bersifat dan bernasib sama dengan perempuan, yaitu lemah dan tertinggal.
Gebrakan Wollstonecraft ini disambut antusias di seantero Eropa dan Amerika, bahkan di Indonesia dengan mendirikan Liga “inong” di negaranya masing-masling. Tercatat tokoh seperti Clara Zetkin (1857-1933) di Jerman, Helene Brion (1882-1962) di Prancis, Ana Kuliscioff (1854-1925) di Italia, Carmen de Borgus (1878-1932), Alexandra Kollontai (1638-1927) di Rusia, dan Victoria Claflin Woodhull (1838-1927) di Amerika, serta tak ketinggalan R.A. Kartini (1879-1904) di Indonesia. Yang selain hak pendidikan dan politik, para tokoh ini menyuarakan reformasi hukum dan undang-undang negara supaya lebih adil dan tidak merugikan perempuan.
Tak cukup hanya itu, kaum perempuan mulai mendambakan kesetaraan dengan laki-laki di semua aspek kehidupan. Seperti persamaan pembayaran gaji, pembagian kerja, dan penugasan. Selanjutnya segala bentuk pembedaan berdasarkan pembedaan berbasis jenis kelamin (gender-based differentiation) harus dihapuskan, yang untuk memuluskan cita-cita itu dan menghindari beban pengasuhan dan pemeliharaan anak Pemerintah diminta mendirikan tempat-tempat penitipan dan pengasuhan anak. Agenda berikutnya, mem”provokasi” perempuan bahwa mereka sedang berada di bawah cengkraman dan dominasi kaum laki-laki (male dominated world)  yang --diyakini bahwa-- dengan cara inilah mereka dapat mebebaskan diri dari eksploitasi dan subordinasi.
Namun, akhir-akhir ini gerakan “feminisme” ini cenderung kebablasan. Sehingga muncul sikap anti laki-laki, mengutuk sistem patriaki, mengabaikan perkawinan, menghalalkan aborsi, merayakan lesbianisme dan revolusi seks. Bagi kaum feminis radikal ini, menjadi seorang istri sama dengan disandera dan tinggal bersama suami sama dengan hidup bersama musuh (living with the enemy), yang kesemuanya itu justru telah menodai cita-cita luhur mereka. Akibatnya, gerakan feminisme disalahkan karena dianggap mengebiri laki-laki, menyuburkan hubungan sesama jenis dan mengubah perempuan menjadi makhluk yang “gila karir,” tukang bersolek, hidup dalam kesepian, pulang kerumah hanya untuk tidur, mandi dan berganti pakaian atau memberi makan hewan pelihararaan setelah seharian “berkeliaran” di luar.
Bahkan, di Barat dan pengikut millah mereka diakui bahwa emansipasi wanita terbukti dapat mengancam keberlangsungan sebuah keluarga, karena para perempuan sibuk kerja dan enggan hamil serta ogah melahirkan. Negara seperti Jerman, Jepang dan Singapura kini sedang berupaya mengatasi apa yang disebut dengan krisis demografis (berkurangnya jumlah penduduk). Berdasarkan laporan kependudukan PBB, diperkirakan pada tahun 2030 daratan Eropa akan kehilangan sekitar 41 juta penduduknya meskipun terus kedatangan imigran.
Islam dan emansipasi wanita
Islam datang pada abad ke- 7 Masehi, zaman dimana perempuan menjadi komoditi dan objek pemuas nafsu serta memuluskan kepentingan ekonomi-politik kaum laki pada era “jahilyah.” Islam telah lebih awal mempelopori emansipasi wanita dengan mengeliminasi adat jahiliyah yang mengubur hidup-hidup bayi perempuan dan menganggap perempuan hanya sekedar perhiasan dan objek untuk diperlombakan bagi kaum laki-laki.
Di era jahiliyah, orang Arab mempraktikkan pola perkawinan yang “melecehkan” perempuan seperti nikāh al-dayshan (anak sulung boleh menikahi janda mendiang ayahnya dengan cara melempar sehelai kain kepada wanita itu), nikāh syighār (seorang bapak saling bertukar anak perempuan untuk dinikahi tanpa menggunakan mahar), nikāh badal  (saling bertukar pasangan (istri) berdasarkan kesepakatan para suami), bahkan ada pula zawaj istibdā’ (suami menyuruh istri untuk bersetubuh dengan laki-laki lain sampai hamil dengan tujuan ingin mendapatkan bibit unggul dari laki-laki tersebut dan setelah hamil istri tersebut dipaksa untuk kembali kepada suaminya). Belum lagi hampir setiap malam di setiap sudut kota Mekkah para perempuan dijadikan barang dagangan pemuas nafsu para lelaki dengan mengibarkan bendera di atas rumahnya sebagai tanda bagi para peminatnya bahwa di rumah itu ada perempuan yang dapat dipakai memuaskan nafsu. Semua kebiasaan itu telah dieliminir secara tegas oleh Islam dengan mengembalikan martabat perempuan ke tempat yang layak, bahkan memberikan penghormatan yang tinggi bagi mereka.
al-Qur’an mengajarkan perlidungan bagi perempuan dari gangguan laki-laki dengan kewajiban menutup aurat, berpakaian sopan dan berperilaku santun. Tak satu ayatpun dalam al-Qur’an mengajarkan misogyny ataupun yang bias gender. Karena di mata Allah nilai seseorang bukanlah dari jenis kelaminnya, akan tetapi tergantung amal ibadah mereka kepada-Nya. Hadis Rasul mengajarkan umat Islam untuk menghargai perempuan dan menempatkannya pada posisi yang sejajar dengan laki-laki (al-Nisā’ syaqā’iq al-Rijāl) secara wajar. Bahkan ketika ditanya siapakah manusia yang lebih utama bagi seseorang, Rasul menjawab, ibumu, ibumu, ibumu, baru kemudian ayahmu. Hadis ini menegaskan bahwa ibu (kaum Perempuan) 3 kali harus lebih diutamakan dibandingkan  ayah (kaum laki-laki).
Apabila pada kenyataannya di kalangan muslim masih dijumpai diskriminasi terhadap perempuan, maka yang seharusnya dikoreksi adalah masyarakatnya dan bukan agamanya. Gagasan emansipasi wanita, feminisme, gender dan nama-nama lain yang bertujuan memuliakan wanita bukanlah sesuatu yang tabu, bahkan patut didukung. Tapi harus diwaspadai jangan sampai berlebihan hingga menabrak rambu-rambu agama dan budaya bangsa seperti yang terjadi di belahan dunia Barat dan para pengekor mereka. Sebab kata Imam al-Ghazail, segala sesuatu jika melampaui batas justru memantulkan kebalikannya (kullu syai’in idza balagha haddahu in’akasa ‘ala dhiddihi). Wallahu a’lam. Selamat hari ibu, karena kami selalu sayang ibu. 

Artikel Ramadan







RAMADHAN SYAHR AL-QUR'AN
Oleh : M. Arqom Pamulutan
--Bagian pertama dari dua tulisan--
Prolog
Bulan Ramadhan adalah bulan mulia, kemuliaan Ramadhan disebabkan karena di dalamnya bertabur keberkahan dari Allah. Bagi orang yang pandai memanfaatkan semua momen penting dalam Ramadhan, maka pada sepertiga pertamanya Allah melimpahkan rahmah-Nya, pada sepertiganya yang  kedua Allah menjanjikan maghfirah-Nya dan pada sepertiganya yang terakhir Allah berikan kebebasan dari api neraka.
Di samping itu, tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu keutamaan Ramadhan adalah karena di bulan ini Allah berkenan menurunkan anugerah terbesarnya bagi manusia, yakni Al-Qur’an. Hal ini tepatri dalam firman-Nya : “Bulan Ramadhan adalah bulan  yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an (yang menjadi) petunjuk bagi manusia dan penjelasan bagi petunjuk itu serta menjadi furqān (pembeda antara yang hak dan yang batil).” Q.S. al-Baqarah (2): 185.  Sehingga tidak heran jika Ramadhan selalu dihubungkan dengan al-Qur’an, bahkan sebagian besar  ulama’ menyematkan gelar bagi Ramadhan sebagai bulan al-Qur’an (Syahr al-Qur’an) dan menggiatkan di dalamnya aktivitas membaca al-Qur’an sepanjang bulan Ramadhan melebihi apa yang dilakukan pada 11 bulan yang lain.
Persolannya sekarang adalah apakah umat Islam sudah benar-benar membaca al-Qur’an dan mendapatkan faidah dari bacaan tersebut? atau belum?, sudahkah mereka membaca al-Qur’an secara benar sebagaimana yahg dikehendaki oleh Allah dan Rasul-Nya serta yang dicontohkan oleh para ulama terdahulu (al-Salaf al-Shālih)? Yaitu dengan selalu mengharapkan perniagaan yang tidak merugi dengan Allah dan mendapatkan tambahan anugerah karunia Allah sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat serta menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan bagi mereka pahala mereka dan menambah bagi mereka karunia-Nya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha mensyukuri.” Q.S. Fathir (35): 29-30.  
Untuk menjawab pertanyaan diatas, melalui risalah sederhana ini penulis yang lemah dan tak berilmu di hadapan Allah ini ingin menawarkan beberapa hal menyangkut bagaimana idealnya umat manusia --terutama umat Islam-- membaca al-Qur’an secara baik. Kiranya mendatangkan manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Secara sederhana, agar bacaan al-Qur’an mendatangkan faidah bagi pembacanya maka paling tidak ia harus dibaca dengan dua cara: Pertama, membaca lafal-lafal al-Qur’an secara lahiriah (tilāwah lafdhiyyah); dan kedua, membaca al-Qur’an dan hukum yang terkandung di dalamnya (tilāwah hukmiyyah).
Pertama, Membaca Lafal-lafal dalam al-Qur’an (Tilāwah Lafdhiyyah)
            Tilāwah lafdhiyyah atau disebut juga qirā’ah al-Qur’an, adalah membaca lafal-lafal dalam al-Qur’an secara benar sesuai dengan kaidah-kaidah bacaan al-Qur’an (tajwid) dan adab-adab membacanya. Dalam hal ini banyak sekali nash yang menyebutkan tentang keutamaannya, baik membaca keseluruhan isi al-Qur’an maupun surat-surat atau ayat-ayat tertentu. Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Utsman Bin ‘Affan menjelaskan bahwa Rasul saw bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” Selain itu pada hadits yang lain dari ‘A’isyah ra, Bukhari juga meriwayatkan sabda Rasul saw: “Orang yang mahir membaca al-Qur’an kelak (mendapat tempat di surga) bersama para utusan yang mulia lagi baik (al-Safarah al-Kirām al-Bararah). Sedangkan orang yang membaca al-Qur’an dan masih terbata-bata dan merasa berat, maka ia mendapatkan 2 pahala.” Dijelaskan, bahwa 2 pahala ini merupakan balasan dari membaca al-Qur’an itu sendiri dan yang kedua adalah untuk rasa berat yang dirasakan pada saat membacanya. Sebagaimana juga ditengkan oleh hadits dari Abu Usamah, bahwa Rasul saw bersabda: “Bacalah al-Qur’an, karena pada hari kiamat ia akan datang sebagai pemberisyafa’at bagi orang yang membacanya.”
            Terhadap orang yang membaca al-Qur’an, dalam sebuah hadits yang bersandar pada riwayat dari Abu Musa al-Asy’ari dijelaskan bahwa Rasul saw. membuat perumpamaan bagi mukmin yang membaca al-Qur’an sebagaimana sabdanya: “Perumpamaan orang beriman yang membaca al-Qur’an seperti utrujjah (sejenis jeruk manis dan wangi), aromanya harum dan rasanya enak, sedangkan perumpamaan orang beriman yang tidak membaca al-Qur’an seperti buah kurma tidak beraroma tapi manis rasanya.”  Dalam hadits riwayat yang lain dalam satu hadits Muslim dari ‘Uqbah Bin ‘Amir juga diumpamakan oleh Rasul saw: “Sekiranya salah seorang di antara kalian berangkat di pagi hari ke masjid untuk belajar atau membaca dua ayat dari kitab Allah, maka itu lebih baik baginya dari dua ekor unta, dan tiga ayat lebih baik dari tiga ekor onta, empat ayat lebih baik dari empat ekor unta, serta (jumlah) ayat-ayat berikutnya lebih baik daripada unta (dalam jumlah yang sama).”            
            Siapa saja yang berkumpul di majelis-majelis ilmu dan mereka membaca al-Qur’an serta mempelajarinya bersama-sama, maka ketenangan akan turun kepada mereka, rahmat Allah akan menaungi mereka, para malaikat akan berkerumun di sekitar mereka dengan menyebut nama Allah di hadapan semua makhluk yang ada disisi-Nya. Karenanya Rasul saw. mewanti-wanti agar ummatnya menjaga hafalan al-Qur’an mereka, dengan sabdanya: “Peliharalah (hafalan) al-Qur’an, maka demi Allah Dzat yang menguasai jiwaku al-Qur’an itu lebih cepat terlepas daripada unta yang terikat dalam ikatannya.” (muttafaq ‘alaih).
            Bagi orang yang membaca al-Qur’an secara lafdhiyah ini akan dijanjikan mendapat pahala dari Allah untuk setiap hurufnya. Imam al-Turmudzi meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Abdullah Bin Mas’ud bahwa Rasul saw. bersabda: “Barang siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, akan mendapatkan satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat. Saya tidak mengatakan Alif-lam-mim satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”. Dalam hadits lain, al-Hakim meriwayatkan dari Abdullah Bin Mas’ud, Rasul saw. bersabda: “Sesungguhnya al-Qur’an merupakan jamuan dari Allah. Karenanya terimalah jamuan itu sebisa kalian, sesungguhnya al-Qur’an itu merupakan tali Allah yang kuat, cahaya yang menerangi serta penawar yang berguna. Ia adalah pegangan bagi orang-orang yang berpegang kepadanya dan keselamatan bagi orang yang mengikutinya. Dia tidak pernah menyimpang sehingga perlu dilempangkan, tidak pernah bengkok sehingga perlu diluruskan, tidak pernah habis keajaiban-keajaibannya, dan tidak pernah usang lantaran diulang. Bacalah ia, karena Allah akan memberimu pahala pada tiap-tiap huruf yang kamu baca sebanyak sepuluh kebaikan. Saya tidak mengatakan “Alif-lam-mim” itu satu huruf, akan tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”
            Demikianlah sebagian dari keutamaan-keutamaan membaca al-Qur’an yang diterangkan oleh Rasul saw. melalui para ulama pewaris belian dan ternyata bagi siapa saja yang melakukannya akan mendapat pahala yang besar dari perbuatan yang ringan. Sungguh telah tertipu dan merugi orang yang melalaikannya karena kehilangan pahalanya yang mungkin tidak akan dapat diraihnya lagi.
(bersambung ke bagian dua)
RAMADHAN SYAHR AL-QUR'AN
Oleh : M. Arqom Pamulutan
-- Bagian Kedua dari dua tulisan--
Kedua, Membaca hukum yang terkadung di dalam al-Qur’an (tilāwah hukmiyyah)
            Membaca al-Qur’an dengan model kedua ini adalah dengan cara membenarkan dengan penuh keyakinan semua informasi yang terkandung di dalamnya dan menerapkan hukum-hukumnya dengan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah yang terkandung didalamnya.
            Cara membaca seperti ini merupakan tujuan terbesar dari diturunkannya al-Qur’an, Allah berfirman:  “Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” Q.S. Shad (38): 29. Untuk itu, para ulama terdahulu giat mempelajari al-Qur’an, membenarkannya (tidak meragukannya) dan menerapkan hukumnya secara nyata dengan didasari akidah yang mantap dan keyakinan yang kokoh. Hingga tak heran jika diriwayatkan bahwa ketika mereka menerima dan mempelajari dari Rasul saw. 10 ayat, maka mereka enggan menambahinya sebelum mereka benar-benar memahami dan mengamalkannya secara bersamaan.
            Sungguh, cara membaca seperti ini merupakan kunci menuju sebuah kebahagian, namun jika tidak dilakukan yang demikian maka dapat juga menjadi kunci yang menghantarkan menuju kesengsaraan. Allah berfirman:   “ … Maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, Mengapa Engkau menghimpunkan Aku dalam keadaan buta, padahal Aku dahulunya adalah seorang yang melihat?.  Allah berfirman: Demikianlah, Telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, Maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan. Dan demikianlah kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. dan Sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” Q.S. Thaha (20): 123-127. 
            Demikianlah, dari ayat-ayat di atas Allah menjanjikan pahala bagi orang yang mengikuti petunjuk-Nya yang berupa wahyu yang disampaikan melalui utusan-Nya, yaitu mereka terhindar dari kesesatan dan kecelakaan. Sekaligus Ia mengancam orang yang enggan mengikuti petunjuk-Nya dengan kesesatan, kecelakaan dan kehidupan yang sempit  di dunia dan di akherat.
            Orang yang melalaikan ayat Allah akan merasakan kesempitan di alam kuburnya, dan ketika dihimpun nanti di akherat dalam keadaan buta. Dikatakan Allah dalam ayat yang lain: “… dan  kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan tuli. tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam. tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya.” Q.S. al-Isra (17): 97. Mereka itu, sewaktu di dunia buta dari melihat kebenaran, tuli dari mendengar kebenaran dan bisu dari mengatakan yang benar, hal ini Allah gambarkan dalan firman-Nya: “Mereka berkata: hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan telinga kami ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding (hijab)…” Q.S. Fushshilat (41): 5
            Telah nyatalah bahwa dari sebagian kecil ayat yang dinukilkan tadi keutamaan orang yang mandapati dan membaca al-Qur’an dengan tilāwah hukmiyyah yaitu dengan meyakini kebenarannya dan mentaati hukum-hukum yang terkandung di dalamnya, ia tidak akan sesat selamanya. Sementara bagi orang yang mengabaikan al-Qur’an --meskipun mungkin membacanya secara lafzhiyyah saja-- dan membelakangi hukum dan kebenaran Allah yang terkandung di dalamnya, maka mereka tidak terjamin dapat terhindar dari kesesatan.
Diriwayatkan dari Ibn Abbas ra. Rasul saw. yang mulia bersabda pada haji wada’ di hadapan seluruh umatnya : “Sesungguhnya setan telah berputus asa untuk dapat disembah di bumi kalian, akan tetapi ia rela dipatuhi dalam urusan selain itu (menyembah syetan) diantara amalan-amalan yang kalian remehkan. Karena itu, waspadalah kalian! Sesungguhnya aku telah tinggalkan kepada kalian  sesuatu yang jika kalian berpegang kepadanya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya; yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan sunnah Rasul-Nya.” (HR. Hakim, diriwayatkan juga oleh Ahmad dari sanad Ab Hurairah). Dalam hadits lain imam Muslim meriwayatkan dari Malik al-Asyrafi, bahwa Rasul saw. bersabda: “Al-Qur’an itu dalah bukti (hujjah) yang dapat menguntungkanmu bagimu dan sekaligus dapat memberatkan atasmu.”
Berkaitan dengan itu pula, Ibnu Mas’ud mengungkapkan opininya: “Al-Qur’an adalah perantara yang dapat membantu, siapa yang menjadikan al-Qur’an di depannya, maka Al-Qur’an akan menariknya ke surga, dan siapa saja yang menjadikan al-Qur’an di belakangnya, maka al-Qur’an akan menggiringnya ke neraka.” Na’ūdzu billah min dzālik.
Epilog
             Bulan Ramadhan adalah bulan mulia dimana Allah menurunkan al-Qur’an di dalamnya. Karenanya dengan memahami dua jenis tilawah sebagaimana terurai di atas, kiranya tidak berlebihan jika penulis yang haqīr dan faqīr  ilallah ini mengingatkan umat yang beriman untuk senantiasa memelihara al-Qur’an dengan sekuat daya dan tenaga sebelum hilang kesempatan. Caranya ialah sedapat mungkin membacanya dengan baik dan ikhlas, setidaknya secara tilāwah lafdhiyyah dahulu, lalu untuk kemudian secara tekun, pelan namun pasti berupaya membacanya dengan tilāwah hukmiyyah. Selayaknya ia memaklumi bahwa sungguh al-Qur’an yang ada di hadapan mereka, ada di lemari baca mereka, di perpustakaan kantor meraka, di masjid-masjid dan di sudut setiap rumah mereka, bahkan di dalam computer atau laptop mereka adalah petunjuk dan penolong mereka menuju keselamatan dan senjata yang paling ampuh dalam menghadapi semua kesesatan dan dalam pertempuran menghadapi godaan tipuan dunia. Karenanya adalah sebuah keniscaan jika mereka yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya selalu menjadikan al-Qur’an yang agung lekat di hati mereka.
            Adalah sesuatu yang ironis dan merupakan kekufuran yang nyata --bagi umat yang beriman-- jika al-Qur’an yang mulia diposisikan di belakang mereka hingga dengan mudah dan tanpa dosa mereka acuhkan, abaikan dan tinggalkna ketentuan hukum yang terkandung di dalamnya. Semoga, semoga dan semoga umat yang beriman tidak menjadi seperti mereka yang digambarkan Allah dalam firman-Nya: “Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata: Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. (sungguh) kecelakaan besarlah bagiku, (alangkah baiknya) kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan (syaitan atau orang yang menyesatkan) itu teman akrab(ku).  Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Quran ketika Al-Quran itu telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia. Berkatalah Rasul: Ya Tuhanku, Sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan. Dan demikian itulah, telah kami adakan bagi tiap-tiap nabi musuh dari orang-orang yang berdosa dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” Q.S. al-Furqan (25): 27-31. 
            In uridu illa al-ishlaha ma statha’tu wama taufiqi illa billah (Sungguh yang hamba (Penulis) inginkan adalah sebuah perbaikan, tidaklah segala taufiq bagi hamba kecuali dengan (lantaran kuasa) Allah). Wallahu a’lam. Selamat berpuasa.                     

(penulis adalah hakim Mahkamah Syar'iyah Jantho, Sekretaris II IKAS tinggal di Tanjung Selamat)
Artikel ini telah dimuat di Harian Berita Pagi terbitan Palembang.

LAMBANG IKAS


LOGO IKAS



Jembatan Ampera Malam hari



Logo Sum-Sel


Logo Lampung


Logo Bengkulu

Logo Babel

Logo Jambi


RISALAH RINGKAS AKTE NOTARIS IKAS

Mangcek dan Bikcek....
Ini dio landasan organisasi kito, jingok di bawah ini:

AKTA PENDIRIAN ORGANISASI
IKATAN KELUARGA ANDALAS SELATAN (IKAS)
AKTE NOTARIS TEUKU ABDURRAHMAN, S.H., Sp.N
NOMOR 1 TANGGAL 1 JUNI 2011
(sebagaimana dibacakan oleh Muhajir, M.Ag/Sekretaris IKAS pada acara Pengukuhan Pengeran dan Pelantikan Pengurus IKAS tanggal 5 Juni 2011 di Aula Rumah Dinas Kapolda Aceh)

Pada hari ini, jam Sembilan waktu Indonesia Bahagian Barat, Jum’at tanggal satu April tahun Dua Ribu Sebelas,

Berhadapan dengan aaya, Teuku Abdurrahman Sarjana Hukum, Notaris di Banda Aceh dengan dihadiri oleh saksi-saksi dan saya, Notaris, kenal dan akan disebut pada akhir akta ini:

Satu Tuan Holian Marsal, Dua Tuan Drs. Ilham Salahuddin, SH., M.Hum, tiga Tuan Teuku Syamsul Rizal, Empat, Tuan Ir. Junaedi Martabaya, Lima, Nyonya dr. Emi Hartati yang identitasnya masing-masing tertulis lengkap di sini.

Para Penghadap, saya, Notaris kenal.

Bahwa para penghadap tersebut telah mengumpulakn dan memisahkan dari harta kekayaan mereka berupa uang yang jumalnya disebutkan di sini.

Bahwa dengan uang tersebut dijadikan sebagai modal permulaan mereka untuk dan dengan ini mendirikan suatu asosiasi yang diatur dengan peraturan-peratuaran atau penetapan-penetapan atau anggaran dasar sebagao berikut:

Mukaddimah:
Bahwa didorong keinsyafan serta kesadaran yang mendalam sebagai suatu bangsa dengan rasa keikhlasan berkorban oleh seluruh rakyat Indonesia dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, kami sebagai bagai dari putera bangsa yang bermukim di luar andalas selatan tidak pernah ketinggalan dalam mengambil bagian dari perjuangan yang suci dan luhur itu.

Bahwa oleh karena itu, kami masyarakat Sumatera Bagian Selatan berketetepan hati untuk melanjutkan perjuangan menigisi kemerdekaan dengan semangat kesatuan dan kesatuan yang berasaskan Pancasila.

Bahwa untuk merelisasikan cita-cita tersebut di atas, perlu menghimpun kekuatan-kekuatan yang ada pada masyarakat Sumatera Bagian Selatan yang berdomisili di Provinsi Aceh dan sekitarnya dalam suatu wadah organisasi yang disusun dan diatur secara baik dan benar.

Dengan ridha Allah swt., maka dengan ini kami masyarakat Sumatera Bagian Selatan yang berdomisil di Provinsi Aceh mendirikan organisasi dengan anggaran dasar sebagai berikut:

Nama Organisasi,  Pasal satu, Organisasi ini bernama Ikatan Keluarga Andalas Selatan (IKAS)

Pasal dua dst………. sampai dengan Pasal dua puluh satu

Peraturan Penutup, Pasal dua puluh dua, akhirnya pengahadap tersebut menerangkan bahwa menyimpang dari apa yang ditentukan dalam pasal 11, 12 dan 13, untuk pertama kalinya susunan Dewan Pembina, Dewan Penesehat dan Badan Pengurus sebagai mana disebutkan dalam akta ini, pengangkatan mana telah diterima oleh masing-masing yang bersangkutan.

Asosiasi ini memilih tempat kedudukan hukum yang umum dan tidak berubah dan tetap di kantor Panitera Pengadilan Negeri Banda Aceh.

Akta ini dibuat dan diresmikan di Banda Aceh pada hari dan tanggal seperti tersebut pada bagian awal akta ini dengan dihadiri oleh Tuan Bucahri dan Nona Adriani Sarjana Hukum, kedua-duanya Pegawai Notaris, bertempat tinggal di Banda Aceh sebagai saksi-saksi.

Kemudian saya, Notaris bacakan dan jelaskan isi dan maksud akta ini kepada penghadap dan saksi-saksi, maka lantas akta ini ditanda tangani oleh penghadap, saksi-saksi dan saya Notaris.

Notaris di Banda Aceh,
Teuku Abdurrahman, S.H


Mau Tahu Rencana Program Kerja IKAS. ini dia....

Dulur-dulur warga IKAS yang terhormat, di bawah ini lah ado rencano program kerja per bagian yang lah dirancang oleh Sekretaris kito, diminta kepado mangcek bikcek kalu ado yang perlu ditambahi atau dikurangi atau didandani supayo lebih belagak dan lengkap lagi... payo diaturi. posting bae langsung ke email IKAS di ikasaceh@gmail.com. Insya Allah kagek dimasukke oleh admin.

Ini dio program kito:


RENCANA PROGRAM KERJA
IKATAN KELUARGA ANDALAS SELATAN
____________________________________

1.      Bidang Sekretariat/Bendahara
-          Mengusahakan adanya Kantor Sekretariat IKAS yang definitive
-          Menghimpun data anggota dalam bentuk data base
-          Mengadakan pesawat telepon/faks
-          Mengadakan rekening khusus IKAS
-          Mengadakan Kartu Pengenal Anggota (KTA)
-          Membuat dokumentasi kegiatan-kegiatan IKAS
 
2.      Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia
-          Konsolidasi anggota IKAS
-          Mendata potensi dan profesi anggota IKAS

3.      Bidang Pemberdayaan Perempuan
-          Mengadakan arisan rutin bulanan
-          Mengadakan pembinaan ibu-ibu anggota IKAS

4.      Bidang Humas dan Publikasi
-          Membuat Website khusus IKAS (Blog, Twitter, dll.)
-          Mendata dan menghimpun nomor telepon anggota dan nomor telepon penting lannya
-          Menjalin hubungan dengan pemerintah Aceh, instansi dan organisasi-organisasi terkait lainnya
-          Menjalin hubungan dengan pemerintah daerah Sumasel, Lampung, Bengkulu, Jambi dan Bangka Belitung
-          Mengkoordinir Kerja Kerio

5.      Bidang Kewirausahaan
-          Menghimpun potensi (peluang) usaha yang ada pada angggota IKAS
-          Menjalin kerjasama dengan pihak yang mengandung peluang usaha
-          Mengusahakan peluang kerja bagi anggota sesuai dengan potensi dan bidang keahlian yang dimilikinya

6.      Bidang Sosial dan Keagamaan
-          Malaksanakan kegiatan keagamaan (Peringatan hari besar Islam)
-          Mengadakan kajian-kajian keagamaan
-          Mengadakan kunjungan sosial kepada anggota yang terkena musibah
-          Membantu anggota yang menyelenggarakan hajatan
-          Mengadakan kegiatan halal bi halal
-          Mengadakan Bakti social (lingkungan hidup, donor darah, sunatan missal, dll)

7.      Bidang Perlengkapan
-          Mengusahakan pngadaan tenda dan kursi
-          Mendukung kesiapan perlengkapan bagi setiap even yang diadakan atas nama IKAS

Inilah Rangkaian Acara pada Pengukuhan Pangeran dan Pelantikan IKAS

SUSUNAN ACARA PENGUKUHAN PANGERAN
SEKALIGUS PELANTIKAN PENGURUS
IKATAN KELUARGA ANDALAS SELATAN
MINGGU, 5 JUNI 2011

Persiapan :
(Hadirin diharap tenang, acara akan segera di mulai, Bapak Drs. Iskandar Hasan, S.H., MH. beserta ibu Herlina Iskandar tiba di tempat upacara)

1.      PEMBUKAAN
(Acara Pengukuhan Pengeran Sekaligus Pelantikan Pengurus Ikatan Keluarga Andalas Selatan periode 2011-2013 pada hari Minggu tanggal 5 Juni 2011 dimulai. Acara pertama adalah pembukaan, marilah kita awali acara kita hari ini dengan membaca lafal BASMALAH)

2.      PEMBACAAN AYAT SUCI AL-QUR’AN
(Selanjutnya marilah kita simak bersama alunan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an yang akan dibacakan oleh …………., kepada Bapak/Ibu ……….. dipersilahkan)

3.      PEMBACAAN RISALAH RINGKAS AKTE NOTARIS TEUKU ABDURAHMAN, S.H., SpN NOMOR 1 TANGGAL 1 APRIL 2011 TENTANG PENDIRIAN ORGANISASI IKATAN KELUARGA ANDALAS SELATAN
(Acara selanjutnya adalah pembacaan risalah ringkas akte notaris Teuku Abdurrahman, S.H., SpN Nomor 1 Tahun 2011 tentang pendirian organisasi Ikatan Keluarga andalas selatan oleh Muhajir Magister Agama, kepada Bapak Muhajir Magister Agama kami persilahkan)

4.      PENGUKUHAN PANGERAN IKATAN KEUARGA ANDALAS SELATAN OLEH PENGHULU IKATAN KELUARGA ANDALAS SELATAN
(Hadirin Bapak Ibu yang berbahagia, kini tibalah kita pada acara pengukuhan pangeran ikatan keluarga andalas selatan yang akan dilaksanakan oleh penghulu ikatan keluarga andalas selatan, kepada seluruh anggota dewan penghulu dan bapak doktorandus Iskandar Hasan sarjana hukum magister hukum beserta ibu Herlin Iskandar dipersilahkan mengambil tempat. Hadirin dimohon berdiri)
-          Pembacaan Naskah Pengukuhan Pangeran Ikatan Keluarga Andalas Selatan oleh Penghulu yang diwakili oleh Bapak Holian.
-          Pemasangan Simbol Jabatan Pangeran oleh Penghulu yang diwakili Bapak Holian, sekaligus diiringi pemasangan selendang kepada Ibu Herlina Iskandar oleh Ibu Dokter Emi Hartati.
(Kepada Penghulu dan Pangeran beserta Ibu dipersilahkan kembali ke tempat semula, hadirin dipersilahkan duduk kembali)

5.      PELANTIKAN PENGURUS IKATAN KELUARGA ANDALAS SELATAN PERIODE 2011-2013 OLEH PANGERAN
(Acara berikutnya adalah pelantikan pengurus ikatan keluarga andalas selatan periode 2011-2013 yang akan dilaksanakan oleh pangeran ikatan keluarga andalas selatan, diawali dengan pembacaan susunan pengurus oleh Bapak M. Arqom Pamulutan Master of Arts)

Setelah susunan pengurus dibacakan

(Kepada seluruh pengurus yang dibacakan tadi dipersilahkan mengambil tempat di depan, dan dimohon  kepada bapak doktorandus Iskandar Hasan sarjana hukum magister hukum berkenan untuk melantik para pengurus. Para hadirin dimohon berdiri)

Dilanjutkan dengan Pembacaan Naskah Pelantikan Pengurus Ikatan Keluarga Andalas Selatan Periode 2011-2013 oleh Pangeran.

(Kepada Pangeran dan Pengurus Ikatan Keluarga Andalas Selatan dipersilahkan kembali ke tempat semula, hadirin dipersilahkan duduk kembali)

6.      SAMBUTAN PANGERAN 
(Bapak dan Ibu Hadirin yang berbahagia, berikut ini marilah kita dengarkan sambutan Pangeran Ikatan Keluarga Andalas Selatan, kepada Bapak Doktorandus Iskandar Hasan Sarjana Hukum Magister Hukum dipersilahkan).

SELINGAN HIBURAN dan DOORPRIZE
(Hadirin sekalian yang berbahagia, sebelum kita melanjutkan acara ini sejenak kita akan dihibur dengan tembang-tembang manis sekaligus pembagian doorprize yang akan dipandu oleh panitia, kepada panitia yang bertugas kami persilahkan)

7.      SAMBUTAN DAN PENGARAHAN PENGHULU. 
(Bapak dan Ibu Hadirin yang berbahagia, setelah kita dihibur dengan lagu-lagu dan doorprize tadi, kini  marilah kita dengarkan sambutan dan pengarahan Penghulu Ikatan Keluarga Andalas Selatan, kepada Bapak Holian Marsal dipersilahkan).

8.      DO’A
(Acara selanjutnya, pembacaan do’a yang akan dipimpin oleh Bapak Edi Darmawijaya Magister Agama, kepada Bapak Edi Darmawijaya Magister Agama dipersilahkan

9.      PENUTUP
(dengan berakhirnya do’a tadi, berakhir pula rangkaian acara pengukuhan pangeran dan pelantikan pengurus ikatan keluarga andalas selatan hari ini, Namun sebelum itu mohon kiranya Pangeran dan Pengurus yang telah dilantik agar berdiri di depan kita semua untuk menerima ucapan selamat dari hadirin sekalian. Akhirnya saya selaku pembawa acara mengucapkan terima kasih atas segala perhatian hadirin sekalian dan mohon maaf atas segala kekurangan).

Selamat sore dan Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.